Pemanfaatan Lubang Resapan Biopori sebagai Upaya Mitigasi Banjir dan Pelestarian Air Tanah

Sumber gambar : www.universaleco.id

Kehidupan perkotaan terkadang mengalami beberapa masalah, seperti sistem transportasi, tata pemukiman yang kumuh, krisis air bersih, dan sanitasi yang buruk (Sarwono, 1992). Selain itu, banjir dan masalah air tanah merupakan masalah serius yang banyak dihadapi oleh daerah di seluruh dunia. Dampak perubahan iklim menjadi salah satu penyebab sulitnya menjalankan mitigasi bencana alam terutama banjir. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan ini adalah dengan memanfaatkan lubang resapan biopori yang dibangun di daerah-daerah dengan risiko kejadian tinggi dan berdampak luas.

Menurut Pudjiastuti et al. (2020), biopori merupakan salah satu teknik konservasi air dengan cara membuat lubang di permukaan tanah dan berfungsi sebagai tempat masuknya air hujan yang jatuh ke bumi. Teknologi ini dapat mengurangi genangan air hujan melalui infiltrasi, sehingga kuantitas air hujan yang masuk ke tanah menjadi lebih banyak dalam durasi yang singkat. Menurut Khusna et al. (2020), teknik biopori dapat dijadikan sebagai solusi mitigasi bencana banjir serta peremajaan kualitas dan kuantitas air tanah. Sedangkan menurut KBBI, biopori dapat diartikan sebagai lubang buatan pada tanah yang diisi sampah organik untuk resapan air.

Teknologi biopori dapat mengurangi sampah organik khususnya sampah yang berasal dari rumah tangga. Biopori dapat menghasilkan pupuk organik melalui proses pengomposan di lubang resapan biopori. Sampah organik dimasukkan ke dalam tabung biopori setiap 5 hari (Ruslinda et al., 2021). Selain itu, teknologi biopori juga menjadi solusi dalam mitigasi banjir sederhana namun berpengaruh sangat besar dalam intensitas terjadinya banjir. Salah satu bukti nyata efektivitas teknologi biopori ini dapat diamati dari program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui pembangunan sumur resapan dan dinilai sangat baik dalam penanggulangan kejadian banjir ibu kota. Di sisi lain, teknologi biopori disinyalir mampu melestarikan kuantitas dan kualitas air tanah khususnya di daerah padat penduduk. Penambangan air tanah yang berlebih untuk kebutuhan rumah tangga dan industri menjadikan masalah tersendiri bagi keselamatan penduduk dari amblesan tanah akibat rongga bawah tanah yang terbentuk akibat hilangnya air sebagai penyangga tanah di atasnya. Dengan teknologi biopori, rongga tanah yang kosong akibat penambangan air tanah tadi dapat diisi kembali melalui proses infiltrasi pasca hujan sehingga daur air tanah dapat berlangsung dengan cepat.

Sumber gambar : dlh.luwuutarakab.go.id

                Dikutip dari situs web Direktorat Sekolah Menengah Pertama, proses pembuatan biopori sangat mudah namun memberikan dampak yang cukup berarti bagi kehidupan. Sebelum membuat biopori, harus ditentukan terlebih dahulu lokasi yang akan dijadikan tempat pembuatan. Selanjutnya tanah dilubangi tegak lurus menggunakan bor tanah dengan kedalaman 1 meter dengan diameter 10-30 cm. Setelah itu, lubang dilapisi menggunakan pipa PVC yang telah dilubangi dengan kawat panas. Adapun tujuan pembuatan lubang di pipa ini agar air mudah meresap di seluruh permukaan tanah sehingga infiltrasi dapat berjalan dengan lancar dan cepat. Selanjutnya, lubang diisi dengan sampah organik dan ditutup menggunakan kawat besi supaya dapat menyaring benda yang masuk ke dalam biopori. Sampah organik yang telah dimasukkan ke dalam biopori dapat dijadikan pupuk organik setelah didiamkan 1-3 bulan.

Dari penjelasan di atas, lubang resapan biopori dinilai sangat efektif dalam mengatasi permasalahan perkotaan pada umumnya, seperti bencana banjir dan keadaan air tanah. Biopori juga mampu menghasilkan pupuk organik dari proses pengomposan sampah organik di dalam lubang biopori. Teknologi ini dapat diterapkan di seluruh wilayah khususnya wilayah dengan intensitas hujan tinggi serta sanitasi kurang bagus. Teknologi ini diharapkan mampu menjadi langkah mitigasi struktural bencana banjir dan kelangkaan air tanah. Selain itu, teknologi ini diharapkan dapat diterapkan dalam proses perencanaan pembangunan di masa yang akan datang sehingga mampu mewujudkan tujuan SDGs poin ke-6, 9, dan 11.


DAFTAR PUSTAKA

KBBI online (2008). Biopori. Diunduh dari https://kbbi.web.id/

Khusna, N. I., Amin, S., Efrianinrum, F. Y., & Bashith, A. (2020, May). The effect of using biopore on soil fertility in karst area, District of Besuki, Tulungagung Regency. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 485, No. 1, p. 012066). IOP Publishing.

Pudjiastuti, S. R., Hadi, N., & Ilis, N. (2020). The Effect of The Biopore System to Deal with Inundation at the Nurul Huda Islamic Boarding School, Cimanggis, Depok. Journal of Community Engagement (JCE), 2(1), 06-10.

Ruslinda, Y., Aziz, R., Arum, L. S., & Sari, N. (2021). The effect of activator addition to the compost with Biopore Infiltration Hole (BIH) method. Jurnal Ilmu Lingkungan, 19(1), 53-59.

Sarwono, S. W. (1992). Psikologi Lingkungan, Jakarta: Gramedia.


Komentar